• LinkedIn
  • Join Us on Google Plus!
  • Subcribe to Our RSS Feed

Menggali potensi berorganisasi sejak dini, membangun leadership yang bertumpu pada akhlak mulia dan kecerdasan yang mumpuni agar menjadi genarasi rabbani yang bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya manusia

Jumat, 25 Maret 2016

MEMBANGUN KULTUR SEKOLAH BERBASIS KEPEMIMPINAN

20.03 // by Unknown // No comments

Dewasa ini Indonesia adalah Negara demokrasi yang dipimpin oleh seorang presiden. Seorang presiden mungkin disebut-sebut sebagai seorang pemimpin yang tertinggi dalam suatu Negara tersebut. Banyak yang mengatakan bahwa seorang pemimpin adalah seorang yang yang mempunyai jabatan yang tinggi dalam suatu pemerintahan bahkan dalam suatu organisasi. Padahal jika direnungkan kembali setiap dari kita adalah berpotensi sangatlah besar untuk menjadi seorang pemimpin. Misalnya adalah seorang laki-laki yang kodratnya memang menjadi seorang pemimpin dalam rumah tangganya kelak.
Jika kita menengok lagi tentang potret kondisi kepeminpinan yang ada di Indonesia tentulah beragam. Dewasa ini pemimpin merupakan unsure yang pokok demi keberlangsungan suatu organisasi yang dalam hal ini adalah Negara. Bayangkan saja bila Negara kita trecinta ini dipenuhi pemimpin yang korup dan tak bermoral, mungkin usia Indonesia sudah tak akan berlangsung lama lagi. Pemimpin merupakan hal yang central untuk mempengaruhi apa-apa saja yang ada disekelilingnya. Untuk itu sangatlah diperlukan pengethuan tentang kepemimpinan yang baik. Dalam hal ini sekolah adalah salah satu tempat yang yang diyakini sebagai pembentuk karakter moral bangsa mungkin menjadi alternative menarik sebagai wadah pembentukan karakter pemimpin yang baik.
Kultur sekolah kepemimpinan mungkin dirasa akan membantu siswa sebagai generasi penerus bangsa agar siap menjadi pemimpin-pemimpin dunia yang berkarakter dan bermoral yang luhur. Untuk itu penulis akan mengulas sedikit mengenai kepemimpinan sebagai kultur sekolah demi masa depan Indonesia lebih baik. Hal itu karena krisis kepemimpinan yang ada di Indonesia yang dipandang dari tahun ketahun mengalami penurunan kualitas. 
  1. PENGERTIAN BUDAYA SEKOLAH/ KULTUR SEKOLAH
Kultur merupakan pandangan hidup yang diakui bersama oleh suatu kelompok masyarakat, yang mencakup cara berfikir, perilaku, sikap, nilai yang tercermin baik dalam ujud fisik maupun abstrak.  Kultur ini juga dapat dilihat sebagai suatu perilaku, nilai-nilai, sikap hidup, dan cara hidup untuk melakukan penyesuaian dengan lingkungan, dan sekaligus cara untuk memandang persoalan dan memecahkannya. Oleh karena itu, suatu kultur secara alami akan diwariskan oleh satu generasi kepada generasi berikutnya. Sekolah merupakan lembaga utama yang yang didesain untuk memperlancar proses transmisi kultural antar generasi tersebut.
Konsep kultur di dunia pendidikan berasal dari kultur tempat kerja di dunia industri, yakni merupakan situasi yang akan memberikan landasan dan arah untuk berlangsungnya suatu proses pembelajaran secara efisien dan efektif. Salah satu ilmuwan yang memberikan sumbangan penting dalam hal ini adalah Antropolog Clifford Geertz yang mendefinisikan kultur sebagai suatu pola pemahaman terhadap fenomena sosial, yang terekspresikan secara eksplisit maupun implisit. Berdasarkan pengertian kultur menurut Clifford Geertz tersebut di atas, kultur sekolah dapat dideskripsikan sebagai pola nilai-nilai, norma-norma, sikap, ritual, mitos dan kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah. Kultur sekolah tersebut sekarang ini dipegang bersama baik oleh kepala sekolah, guru, staf administrasi maupun siswa, sebagai dasar mereka dalam memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang muncul di sekolah.
Pengaruh kultur sekolah atas prestasi siswa di Amerika Serikat telah dibuktikan lewat penelitian empiris. Kultur yang “sehat” memiliki korelasi yang tinggi dengan a) prestasi dan motivasi siswa untuk berprestasi, b) sikap dan motivsi kerja guru,  dan, c) produktivitas dan kepuasan kerja guru. Namun demikian, analisis kultur sekolah harus dilihat sebagai bagian suatu kesatuan sekolah yang utuh. Artinya, sesuatu yang ada pada suatu kultur sekolah hanya dapat dilihat dan dijelaskan dalam kaitan dengan aspek yang lain, seperti, a) rangsangan untuk berprestasi, b) penghargaan yang tinggi terhadap prestasi, c) komunitas sekolah yang tertib, d) pemahaman tujuan sekolah, e) ideologi organisasi yang kuat, f) partisipasi orang tua siswa, g) kepemimpinan kepala sekolah, dan, h) hubungan akrab di antara guru. Dengan kata lain, dampak kultur sekolah terhadap prestasi siswa meskipun sangat kuat tetapi tidaklah bersifat langsung, melainkan lewat berbagai variabel, antara lain seperti semangat kerja keras dan kemauan untuk berprestasi.
Di Indonesia belum banyak diungkap penelitian yang menyangkut kultur sekolah dalam kaitannya dengan prestasi siswa. Tetapi mengingat bahwa sekolah sebagai suatu sistem di manapun berada adalah relatif sama, maka hasil penelitian di Amerika Serikat tersebut perlu mendapatkan perhatian, paling tidak dapat dijadikan jawaban hipotetis bagi persoalan pendidikan kita.
Faktor pembentuk kultur sekolah misalnya adalah nilai, moral, sikap dan perilaku siswa tumbuh berkembang selama waktu di sekolah, dan perkembangan mereka tidak dapat dihindarkan yang dipengaruhi oleh struktur dan kultur sekolah, serta oleh interaksi mereka dengan aspek-aspek dan komponen yang ada di sekolah, seperti kepala sekolah, guru, materi pelajaran dan antar siswa sendiri. Aturan sekolah yang ketat berlebihan dan ritual sekolah yang membosankan tidak jarang menimbulkan konflik baik antar siswa maupun antara sekolah dan siswa. Sebab aturan dan ritual sekolah tersebut tidak selamanya dapat diterima oleh siswa. Aturan dan ritual yang oleh siswa diyakini tidak mendatangkan kebaikan bagi mereka, tetapi tetap dipaksakan akan menjadikan sekolah tidak memberikan tempat bagi siswa untuk menjadi dirinya.
Kultur sekolah biasanya berkaitan erat dengan visi yang dimiliki oleh kepala sekolah tentang masa depan sekolah. Kepala sekolah yang memiliki visi untuk menghadapi tantangan sekolah di masa depan akan lebih sukses dalam membangun kultur sekolah. Untuk membangun visi sekolah ini, perlu kolaborasi antara kepala sekolah, guru, orang tua, staf administrasi dan tenaga profesional. Kultur sekolah akan baik apabila: a) kepala dapat berperan sebagai model, b) mampu membangun tim kerjasama, c) belajar dari guru, staf, dan siswa, dan, d) harus memahami kebiasaan yang baik untuk terus dikembangkan. Kepala sekolah dan guru harus mampu memahami lingkungan sekolah yang spesifik tersebut. Karena, akan memberikan perspektif dan kerangka dasar untuk melihat, memahami dan memecahkan berbagai problem yang terjadi di sekolah. Dengan dapat memahami permasalahan yang kompleks sebagai suatu kesatuan secara mendalam, kepala sekolah dan guru akan memiliki nilai-nilai dan sikap yang amat diperlukan dalam menjaga dan memberikan lingkungan yang kondusif bagi berlangsungnya proses pendidikan.
Jadi yang dimaksud dengan kultur seolah adalah seperangkat kumpulan nilai kepercayaan, nilai tradisi, dan pola pikir untuk bagaimana bertindak dalam suatu lingkungan sekolah sebagai suatu identitas sekolah yang menentukan proses perkembangan anak didiknya.
B.     PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Menumbuhkan jiwa kepemimpinan bisa dilakukan sejak dini. Tempat pengenalan dan penanaman jiwa kepemimpinan tersebut bisa di sekolah atau di rumah. Ketika anak Anda berada di sekolah, kemudian mencoba menerapkan apa yang dipelajari di rumah, berarti dia telah menerapkan kepemimpinan.
Pengertian kepemimpinan (leadership) sendiri berarti kemampuan dan kepribadian seseorang dalam mempengaruhi serta membujuk pihak lain agar melakukan tindakan untuk mencapai tujuan bersama. Dalam konteks ini, tentu tujuan bersama tersebut untuk meraih hal-hal yang baik.
Dalam konteks kehidupan yang lebih luas, kepemimpinan yang dibutuhkan. Kepemimpinan yang termanifestasi dalam diri seseorang akan mampu memberikan perubahan. Mungkin orang tersebut tak memiliki kemampuan yang mumpuni dalam semua bidang. Tapi, ia mampu memberi inspirasi dan semangat bagi orang-orang disekitarnya.
Seperti yang dikatakan Ary Ginanjar dalam bukunya ESQ bahwa Pemimpin sejati adalah seseorang yang selalu mencintai dan member perhatian kepada orang lain, sehingga ia dicintai. Memiliki integritas yang kuat, sehingga ia dipercaya oleh pengikutnya. Selalu membimbing dan mengajari pengikutnya. Memeliki kepribadian yang kuat dan konsisten. Dan yang terpenting adalah memimpin berlandaskan suara hati yang fitrah. Di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Jepang, China dan Korea, pendidikan karakter sudah dijadikan prioritas sejak pendidikan dasar dimulai. Namun, pendidikan karakter di Indonesia masih dipandang sebagai wacana dan belum dijadikan bagian yang terintegrasi dalam pendidikan formal. Padahal pendidikan karakter sangat penting diterapkan dalam sistem pendidikan formal, termasuk pendidikan karakter bagi para guru.
Pada hakikatnya, peradaban sebuah bangsa dibangun oleh pengembangan watak dan karakter manusia yang unggul dalam Intellegence Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), Spiritual Quotient (SQ) dan Adversity Quotient (AQ). Dengan demikian siswa akan dididik sesuai karakternya, artinya melihat siswa dari sisi gaya belajar, moral, dan kecerdasan.
C.       PENTINGNYA KULTUR KEPEMIMPINAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH
Pendidikan adalah sebuah proses yang melekat pada setiap kehidupan bersama dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusisa. Jhon Dewey mengemukan abahwa pendidikan dapat difahami sebagai sebuah upaya”konservatif” dan ‘progresif’ dalam bentuk pendidikan sebagai pendidikan sebagai formasi, sebgai rekapitulasi dan retrospeksi, dan sebagai rekonstruksi. Semerntara itu sebagai mana yang disebutkan oleh MichaelRutz, bahwa pendidikan berawal dari fakta bahwa manusia mempunyai kekurangan. Pendidikan merupakan jawaban untuk membuat manusia menjadi lengkap.
Diakatakan Rutz sbg berikut: “karena setiap pribadi sellalu mempunyai deficit amaka pendidikan adalah suatu proses kompensatoris yang dapat membantu anak didik untuk sedapat-dapatnya menutupi deficit tersebut.”sehingga membangun manusisa dengan pengetahuan dan ketrampilan. (Riant Nugroho, 2008:19-20)
Pada masa yang sudah modern ini , kebanyakan anak-anak masa sekarang lebih memilih untuk memiliki kehidupan yang individual , tidak mandiri dan terlalu bergantung kepada orang lain, dalam hal ini mungkin mereka adalah orang yang terdekat dengan dia ; bisa orang tua, suster atau pun kakek dan neneknya.Karena memang tidak dapat di pungkiri akan kehidupan mereka dimana hanya orang-orang tersebutlah yang dekat dengan mereka, terlebih lagi bila mereka memasuki sekolah yang private.
Persoalan yang ada di sekolah adalah persoalan anak-anak didik yang begitu sangat malu untuk dapat berdiri didepan kelas baik untuk memimpin teman-teman kelasnya, seperti menyiapkan barisan sebelum masuk ke dalam kelas, maupun memimpin teman-teman kelasnya menyanyikan lagu-lagu perjuangan.  Dan bila diutarakan dengan orangtua mereka , hal itu juga bisa karena orang tua sendiri tidak dapat mengatasi akan sikap anaknya yang sangat pemalu atau tidak percaya diri, bahkan tidak bisa tampil untuk menjadi seorang pemimpin di antara teman-temannya.
Seperti seorang ahli teori kepemimpinan yang menyatakan bahwa kepemimpin itu dapat kita gali sejak seorang manusia itu bertumbuh dari usia dini. Sikap kepemimpinan itu telah ada didalam diri manusia, dan bagaimana cara lingkungan dan kondisi yang mengelilingi akan dia yang membuat sifat kepemimpinan itu dapat berkembang dan keluar sehingga termanifestasi didalam anak itu sampai dia dewasa nanti. Banyak hal yang dapat dilakukan oleh orang-orang yang terlibat disekitar kehidupan seorang anak manusia. Baik orangtuanya, atau tenaga pengajar dan juga orang-orang yang dewasa yang mengelilinginya, dimana pasti dia akan belajar dari semua itu.
Selain orang tua, pengajar dan orang –orang dewasa disekitar kehidupannya, ada juga fasilitas lain yang disediakan pada era globalisasi ini untuk dapat menumbuhkan sikap kepemimpinan dalam diri seorang anak yaitu seperti : outbond , atau pelatihan kepemimpinan (semacam training untuk anak) yang dapat di ajarkan baik didalam atau di luar ruangan. Semua media itu dapat di gunakan untuk dapat menumbuhkan akan sikap/sifat kepemimpinan dalam diri seorang anak.
Dengan kita mengenalkan dan mengajarkan dasar-dasar kepemimpinan kepada anak sejak usia dini maka ketika ia bertumbuh dewasa maka kita tidak perlu mengkhawatirkan akan pertumbuhan karakter nya ketika menghadapi perubahan-perubahan global yang terjadi pada masa modern ini. Karena anak-anak masa depan sudah mendapatkan pembekalan yang cukup yang telah di peroleh nya semasa mereka masih kecil.
Pentingnya membangun jiwa kepemimpinan adalah karena setiap Individu mempunyai kemungkinan menjadi pemimpin bangsa yang sudah tidak diragukan lagi. Perlu penanaman jiwa ini dengan sangat getol kepada diri individu. Maka dari itu usia dini merupakan usia dimana kita bisa efektif membiasakan perilaku pemimpin yang baik. Diharapkan dengan semakin terbiasa dengan keadaan tersebut maka pribadi individupun akan terbentuk dengan mudah.
Sekolah yang merupakan tempat proses belajar mengajar selain di rumah memanglah tempat yang ideal untuk dijadikan wadah penggemblengan moral mengingat waktu tiap individu juga yang menghabiskan kira-kira 6 jam lebih berada di sekolah. Maka sekolah adalah alternative menarik yang kiranya mampu untuk mewajibkan siswa mempunyai jiwa pemimpin untuk generasi penerus bangsa. Hal itu merupakan upaya mengingat kondisi kepemimpinan kita yang sekarang ini sering diperlihatkan dengan perilaku yang tidak baik. Misalnya pada pemerintahan yang korup dan tindak asusila yang pernah terjadi dikalangan pemimpin Indonesia.
 D.       MEMBANGUN KULTUR SEKOLAH BERBASIS KEPEMIMPINAN
Kita telah tahu bahwa sangat begitu besar manfaat dari karakter kepemimpinan tersebut, akan lebih baik mulai diajarkan sejak dini. Dengan begitu bakat dan potensi anak bisa terasah dengan maksimal. Beberapa cara untuk menstimulasi jiwa pemimpin pada anak di usia sekolah yang dikemukakan oleh Nina Ekawati dkk dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) tentang kepemimpinan:
1. Jujur
Kejujuran adalah barang langka. Jujur begitu istimewa ditengah kecurangan dan ketidakjujuan melanda perilaku di semua lini kehidupan berbangsa. Jujur adalah keberanian untuk mengungkapkan sesuatu sesuai dengan kondisi sebenarnya.
Sifat jujur itu bisa ditanamkan dengan memberikan kepercayaan kepada anak. Misalnya dalam mengelola waktu untuk bersekolah, belajar, bermain, melakukan hobi, dan beristirahat.
2. Integritas
Integritas adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas yang diemban secara total atau penuh dedikasi. Integritas juga bisa ditumbuhkan dalam komitmen mengerjakan tugas dengan jerih payahnya sendiri serta kemampuan menahan godaan untuk tidak melanggar hak (milik) orang lain.
3. Adil
Sifat adil dapat ditumbuhkan dalam keseharian. Contoh, ketika diberi sekotak permen cokelat, sampaikan pesan agar seluruh penghuni rumah dibagi. Coba amati, apakah ia mampu membagikan permen yang didapat dengan adil? Untuk itu, jangan lupa mengecek kepada anggota keluarga yang lain, apakah seluruh penghuni rumah mendapat jumlah yang sama? Atau, ketika di sekolah, mintalah anak untuk mengoordinasi tugas bersih-bersih kelas. Coba amati, apakah ia mampu membagi tugas tersebut dengan merata pada teman-teman sekelasnya.
4. Pemberani
Untuk menumbuhkan sifat pemberani, cobalah memberikan tantangan kepada anak. Contoh, bila ada kerabat atau kenalan tinggal di kompleks yang sama tapi beda blok, berikan kepercayaan kepada anak untuk mengantarkan sesuatu ke sana. Sampaikan bahwa benda tersebut dibutuhkan oleh si kerabat. Ini dapat menumbuhkan sifat pemberani karena memang dibutuhkan keberanian untuk melaksanakan tugas seperti itu.
Cara lainnya adalah keberanian mengajukan pendapat atau keinginan. Berikan kesempatan kepada anak untuk menentukan pilihannya sendiri. Mulailah dari hal sederhana, seperti memilih baju yang akan dipakai, menu makanannya, kado untuk temannya, toko buku mana yang dituju, bertanya kepada guru, mengutarakan pendapat kepada ayah-ibu, dan lain-lain.
5. Pembelajar
Tumbuhkan rasa ingin tahu anak melalui kegiatan sehari-hari di mana dan kapan saja. Umpama, ketika melewati kabel listrik yang membentang di tepi jalan, tanyakan mengapa burung yang bertengger di situ tidak terkena sengatan listrik. Tentu saja orangtua harus tahu jawabannya yang benar. Atau selagi bermain di taman, sampaikan fungsi daun bagi tanaman dan lingkungan. Sifat pembelajar sangat didukung oleh kegemaran membaca buku dan kemampuan berpikir kritis. Untuk era sekarang, manfaatkan media seperti televisi dan komputer yang menampilkan program hiburan bermuatan ilmu pengetahuan.
6. Kerja Sama
Kemampuan bekerja sama dengan orang lain sekaligus melakukan koordinasi tugas dengan teman satu tim merupakan salah satu bentuk kepemimpinan. Seorang pemimpin yang baik, tentunya akan menggunakan bahasa yang sopan dan tegas dalam menyampaikan perintah. Latihan bisa dilakukan bersama adik di rumah pada saat membereskan mainan yang dimainkan bersama. Di sekolah, anak bisa bergiliran menjadi pemimpin barisan atau pemimpin kelompok tugas. Dengan cara ini sudah menunjukan salah jalan menumbuhkan jiwa kepemimpinan pada anak. Berikut ini adalah beberapa kegiatan lain yang bisa dilakukan untuk memumbuhkan karakter pemimpin di dalam kegiatan belajar di sekolah adalah sebagai berikut:
 a.      Kebiasaan berdiskusi
Diskusi merupakan cara yang efektif untuk membentuk karakter berpendirian teguh dan melatih rasa ingin tahu. Semua orang berhak menggunakan pendapat saat kita ingin mendukung kebebsan berbicara. Namun, terdapat batasan social pada hak ini dalam situasi tim dan organisasi.
Seringkali diskusi menjadi sebuah debat antar ide saya melawan ide anda. Orang mendukung prinsip yang menyenangkan hati mereka, berharap mendapat dukungan dari yang lainnya, iklimnya menjadi sangat dipolotisir.
Sebaliknya ketika ada iklim dialog, anggota tim mendengarkan satu sama lain, bereaksi dan membangun ide satu sam alain, seta mencari dan mengetahui perbedaan pendapat yang sesungguhnya.
Tujuan dialog untuk memperluas ide, bukan menghilangkan nya, berikutu ini adalah cara untuk membangun iklim dialog:
1.         Ajukan pertanyaan untuk mengklarifikasi apa yang dikatakan orang lain.ajaklah yang lainnya untuk mencari klarifikasi ide anda.
2.         Berbagilah tentang apa yang ada di balik ide anda, ungkapkan asumsi dan tujuan anda.
3.         Mintalah yang lainnya untuk memberikan umpan balik kepada danda tentang ide anda.
4.         Berikan umpan alik yang membangun untuk ide orang lain.
5.         Berikan anjuran yang dapat membangun ide orang lain,
6.         Gabungkan ide milik orang lain ke dalam rencana anda
7.         Temukan dasar persamaan dia antara ide-ide yang diungkapkan di dalam kelompok.
8.         Doronglah yang lainnya untuk memberikan ide tambahan dari yang sudah  diungkapkan sebelumnya. (Mel Silberman,2010:148)
Jelas bahwa dalam diskusi dibutuhkan pengetahuan yang luas dan pendapat yang beda dari yang lain. Diharapkan seorang pemimpin itu mempunyai pendapat yang berbeda dan mempunyai inovasi yang mengagumkan dari pada yang lain.
b.      Kebiasaan disiplin
Disiplin adalah salah satu sikap yang perlu ditanamkan seseorang sejak dini. Pemimpin yang disiplin nyatanya memang sangat disegani. Kekonsistenan untuk tidak telat dan senantiasa rajin adalah wujud dari disiplin itu sendiri.
Kedisiplinan dapat kita masukan dalam rangkaian proses pembelajaran yakni misalkan kita menyuruh anak untuk datang 30 menit lebih awal dari jam biasanya pada hari tertentu untuk mengadakan morning briefing. Hal yang akan disampaikan adalah mengenai refresh otak mengenai komitmen bersekolah, membangun kultur untuk berpikir merdeka, penentuan visi, arti dari kerja keras untuk mencapai visi hidup pentingnya daya tahan serta kreativitas serta penumbuhan rasa percaya diri anak.
c.       Melatih kecerdasan emosi
Seringkali kita melihat realita yangada bahwa pemimpin yang dulunya sudah lama membangun citar nama baik ternyata citra itu hilang dengan sekejab hanya karena kecerdasan emosinya rendah. Maka membanguan emosi yang pada tempatnya itu sangtalah diperlukan. Inti kemampuan pribadi dan social yang merupakan kunci utama keberhasilan seseorang sesungguhnya aadalah kecerdsan emosi. Aktifitas kecerdasan emosi membantu peserta untuk menguji perasaan mereka, nilai-nilai, dan sikap terhadap hal-hal seperti customer service, kelompok kerja, perubahan, perbedaan, dan komunikasi.
EQ adalah kemampuan untuk merasa. Kecerdasan emosi adalah pada kejujuran pada suara hati. Suara hati itulah yang menjadi pusat prinsip yang mampu member rasa aman, pedoman, kekuatan serta kebijaksanaan. (Ary ginanjar, 2009:9).
Oleh karena perlu adanya motivasi tentang arti sebuah kejujuran dan prinsip yang teguh pada pribadi anak. Misalnya dengan member motivasi disela-sela KBM dan memberikan permainan kecil untuk membangun sifat tersebut.
Berbagai starategi yang dirancang untuk meningkatkan kesadaran akan perasaan, nilai-nilai dan sikap yang turut mengiringi banyak topic pembelajaran. Strategi ini mendorong murida menguij keyakinan mereka dan bertanya pada diri sendiri  apakah mereka telah berkomitmen pada cara baru menjalankan tugas. (Mel Silberman,2010: 205)
Mengambil hikmah dari semua pengalaman itu, hal ini keberadaan kecerdasan emosi memanglah mutlak diperlukan untuk mencapai prestasi yang tinggi.(Ary ginanjar, 2009:5)
d.      Inisiatif dan kerja individual
Seseorang harus menentukan sendiri  apa yang ingin mereka pelajari yaitu masalah-masalah yang mengandung arti bagi hidup mereka sendiri, bukan sekedar soal-soal yang dikemukakann dalam buku pelajaran. Mereka belajar untuk kepentingan diri sendiri untuk perkembangan priba dirinya masing-masing, dan bukan orang lain.
Pada saat mereka menyadari ini, maka lepaslah energy yang terkandung dalam dirinya. Tidak ada memaksa mereka belajra dan membaca. Mereka sendirilah yang terdorong membaca apa saja yang bertalian dengan topic yang dipilihnya.  Ternyata bahwa dianatara siswa-siswa memebaca buku jauh ebih banyak dari pada  apa yang pernah dilakukan sebelumnya. Rasanya mereka kekurangan waktu unutuk mnegejar apa yang ingin dikerjakannya untuk memepeljari topic yang dipilihnya itu. Ada yang menulis, membuat karangan dengan tak jemu-jemu atau mengadakan percobaan dalam laboratrium tanpa menegnal lelah. Murid-murid merasakan bahwa meraka baru kali ini sungguh mengalami apakah belajar itu sesugngguhnya. Murid menemukan pa aynga dimaksud kebebasan belajar secara otonom kreatif. Sehingga bebbas dan bertanggung jawab. (S. Nasution, 2003: 90)
e.       Melatih kecerdasan emosi
Zohar dan Marshall mengemukakan beberapa indicator dari kecerdasan spiritual yang tinngi:
  1. Kemampuan untuk menjasi fleksibel
  2. Derajat kesadaran yang tinggi
  3. Kecakapan untuk mengahadapi dan menggunakan rangsangan
  4. Kecakapan untuk mengahadapi dan menyalurukan/memindahkan rasa saakit
  5. Kualitas utnutk terilhami oleh visi dan niai
  6. Enggan melakukan hal yang merugukan
  7. Kecenderungan melihat hubungan anatar hal yang berebda keterpaduan
  8. Ditandai oleh kecenderugan untukbertanya mengapa, mencari jawaban mendasar mandiri, menentang tradisi.( Nana Syaodih Sukmadinata, 2005:98).
f.       Pengembangan moral kognitif
Perkembangan moral mausia berlangsung melalui restrukturalisasi atau reorganisasi kognitif, yang berlangsung secara berangsur melalui tahapan pra konvensi, konvensi dan pasca konvensi. Model ini bertujuan membantu siswa mengembangkan kemmapuan mempertinbangkan nilai moral secara kognitif.
Langkah pembelajaran moral kognitif:
  1. Menghadapkan siwa pasa suatu situsai yang mengandung dilemma moral atauta pertentanga nilaiSiswa diminta memilih salah satu tindakan yang mengandung nulai moral tertentu
  2. Siswa diminta mendiskusikan/menganalisis kebaikan dan kejelekannya
  3. Siswa didorong untuk mencari tindakan-tindakan yang lebih baik
  4. Siswa menerapakan tindakan dalam segi lain. ( Nana Syaodih Sukmadinata, 2005: 194)
KESIMPULAN
Kepemimpinan adalah salah satu sikap yang perlu untuk dikembangkan dalam diri Individu. Karena setiap individu sangat berpotensi menjadi seorang pemimpin. Oleh karena itu perlu mencari alternative agar konsep kepemimpinan dapat senantiasa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini penulis member ide agar membangun kultur kepemimpinan yang disekolah baik sejak taman kanak-kanak maupun keperguruan tinggi. Dengan hal itu diharapkan siswa dapat memiliki sifat-sifat pemimpin diantaranya adalah berani, jujur, adil, dan dapat memotivasi orang yang berada disekelilingnya.
Kecerdasan emosi dan spiritual juga mempengaruhi karakter pemimpin, maka perlu juga penanaman kecerdasan tersebut disamping kecerdasan akademik melalui beberapa kegiatan spiritual maupun brifing pagi penyegar semangat rohani dan pengendali emosi siswa. Dari uraian diatas penulis member saran agar tiap tingkatan kependidikan perlu membangun kultur kepemimpinan agar terwujud Indonesia lebih baik dengan pemimpin yang luar biasa berkarakter. 
 SUMBER:
Agustian, Ary Ginanjar. 2009. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ. Jakarta: Arga.
Nasution, S. 2003. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Nugroho, Riant. 2008. Kebijakan Pendidikan yang Unggul. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
PEGG, Mike. 1994. Kepemimpinan Positif. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.
Rivai, Veithzal. 2011. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Robbins, Stephen P. 2008. The Truth About Managing People. Jakarta: Erlangga.
Rohmat. 2010. Kepemimpinan Kependidikan Konsep dan Aplikasi. Purwokerto: STAIN Press.
Siagaan, Sondang P. 2010. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta.
Silberman, Mel. 2010. 101 Cara Pelatihan dan Pembelajaran Aktif. Jakarta Barat: PT Indeks.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

sumber artikel: https://tifiacerdikia.wordpress.com/lecture/lecture-6/pendidikan/membangun-kultur-sekolah-berbasis-kepemimpinan/

SDIT Al-Haraki sebagai pilot project sekolah sehat nasional

19.59 // by Unknown // No comments


SDIT Al-Haraki sebagai pilot project sekolah sehat nasional
            SDIT Al-Haraki sebagai sekolah yang mewakili propinsi jawa barat dalam lomba sekolah sehat tingkat nasional tentunya harus mempersiapkan diri secara maksimal untuk mewujudkan budaya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) bagi siswa-siswinya. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan hal tersebut adalah bagaimana cara siswa-siswi dalam menyikapi problematika sampah yang ada di sekolah, apakah siswa-siswi sudah bisa memilah sampah dan bagaimanakah siswa-siswi memanfaatkan sampah yang ada agar menjadi sesuatu yang berdaya guna.
            Jumlah siswa/I SDIT Al-Haraki mencapai 700 orang, hal ini membawa dampak tersendiri bagi volume sampah yang dihasilkan. Secara umum sampah terbanyak yang dihasilkan adalah bekas plastik es, gelas plastik, sedotan dan kertas untuk sampah anorganik, semantara sampah organiknya adalah sisa makanan catering. Tidak bisa dipungkiri pemahaman siswa-siswi dalam mengelola dan memanfaatkan sampah organik maupun an-organik masih kurang. Terbukti dengan masih banyaknya sampah yang tidak terpilah dengan baik dan benar. Oleh sebab itu, salah satu upaya dalam pengelolaan sampah dengan konsep pemberdayaan masyarakat yaitu dengan membentuk “Bank Sampah” di lingkungan masyarakat.
            Bank Sampah merupakan konsep pengumpulan sampah kering dan dipilah serta memiliki manajemen layaknya perbankan tapi yang ditabung bukan uang melainkan sampah. Masyarakat yang menabung yang juga disebut nasabah memiliki buku tabungan dan dapat meminjam uang yang nantinya dikembalikan dengan sampah seharga uang yang dipinjam. Sampah yang ditabung ditimbang dan dihargai dengan sejumlah uang nantinya akan dijual di pabrik yang sudah bekerja sama. Sedangkan plastik kemasan dibeli ibu-ibu PKK setempat untuk didaur ulang menjadi barang-barang kerajinan.
            Metode Bank Sampah bagi masyarakat bisa melalui pendekatan “Methodology Partisipatory Assesment And Partisipatory Hygiene Sanitarion Transformation” (MPA-PHAST). MPA-PHAST ini bisa digunakan sebagai upaya dalam mengembangkan dan membina kemandirian masyarakat untuk menemukan masalah-masalah yang ada di masyarakat, sumber daya manusia dan sumber daya alam. Dengan MPA-PHAST masyarakat dapat mengembangkan dan mengatasi masalahnya sendiri dalam hal ini masalah penanganan sampah. Dan pengembangan masyarakat ini berpihak pada Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

Sikap Dasar Yang Harus Diajarkan Dalam Membangun Jiwa Kepemimpinan Pada Anak

19.58 // by Unknown // No comments

Sikap Dasar Yang Harus Diajarkan Dalam Membangun Jiwa Kepemimpinan Pada Anak

  • Tanamkan sikap percaya diri pada anak
Kiat pertama yang harus Anda lakukan dalam membangun jiwa kepemimpinan pada anak yaitu dengan menumbuhkan sikap percaya diri. Ajarkan pada anak untuk lebih berani dalam menunjukan kemampuan yang dimilikinya. Dalam menumbuhkan sikap percaya diri pada anak sebaiknya Anda menghindari perkataan yang bisa membuat anak merasa tertekan. Gunakanlah kata-kata yang lebih halus ketika memberikan saran atau kritik pada anak.
  • Ajarkan pada anak supaya berani berpendapat atau beropini
Seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan untuk beropini dan mempunyai gagasan yang hebat. Anda harus membangun dan mengajarkan semua itu pada anak sejak dini. Selain itu, Anda juga harus memberi pengertian pada anak untuk menghargai pendapat orang lain dan bersikap lapang dada ketika pendapatnya tidak diterima oleh forum. Cara sederhana untuk mengajarkan anak supaya berani berpendapat adalah dengan memberikan kebebasan pada anak untuk mengungkapkan setiap alasan dari tindakan yang diperbuatnya.
  • Menanamkan kejujuran pada anak
Kejujuran adalah salah satu sikap yang sangat penting dalam membangun jiwa kepemimpina pada anak. Kejujuran tidak hanya berlaku ketika menjadi seorang pemimpin, akan tetapi kejujuran akan membawa kebaikan sepanjang masa. Supaya lebih mudah untuk mengajarkan kejujuran pada anak sebaiknya Anda memberikan contoh secara langsung. Dengan begitu anak akan lebih mudah untuk memahami arti kejujuran dan manfaatnya bagi kehidupan.
  • Mengajarkan sikap saling menghargai
Toleransi atau saling menghargai adalah salah satu sikap dasar yang harus diajarkan pada anak. Anda sebagai orangtua dituntut untuk memberi pengertian pada anak mengenai pentingnya menghargai setiap perbedaan. Hal ini sebagai langkah awal dalam membangun jiwa kepemimpinan dalam diri seorang anak. Anak yang memiliki sikap toleransi cenderung lebih mudah untuk menerima kekalahan dan bersikap lapang dada.
Itulah beberapa hal yang harus diajarkan pada anak sejak usia dini dalam membangun jiwa kepemimpinan. Karakter baik pada anak merupakan cerminan dari orangtuanya. Dalam hal ini orangtua harus menjadi teladan dan pendidik yang memberikan contoh baik bagi anak-anak. Pendidikan dasar tentang moral dan etika adalah unsur yang paling penting bagi anak disamping pendidikan formal disekolah. Pendidikan yang diberikan oleh orangtua menjadi modal anak untuk tumbuh dan berkembang di dunia luar. Pendidikan tersebut akan menjadi barometer keberhasilan anak dalam menggapai semua cita-cita dan pembentukan jati diri anak.

sumber : solusisehat.com